Syahid di medan perang menjadi impian para sahabat Rasulullah saw. Tak terkecuali seorang Amr Ibnul Jamuh ra yang mempunyai empat orang putra. Salah satunya Mu'adz bin Amr yang termasuk kelompok 70 peserta bai'at 'Aqabah. Keempat putranya nggak pernah ketinggalan ikut bersama Nabi saw dalam setiap peperangan serta tabah dalam menunaikan tugas perjuangan.
Amr Ibnu Jamuh ra sangat berkeinginan untuk bisa syahid di jalan Allah. Namun ada yang mengganjal. Kakinya yang pincang menjadi penghadang badannya untuk ikut dalam peperangan. Pernah suatu ketika Amr telah berketetapan hati dan telah menyiapkan peralatannya untuk turut dalam perang Badar. Namun putra-putranya memohon agar beliau mengurungkan niatnya dengan kesadaran sendiri atau bila terpaksa dengan larangan dari Nabi. Nabi pun menyampaikan kepada Amr bahwa Islam membebaskan dirinya dari kewajiban perang dengan alasan ketidakmampuan disebabkan cacat kakinya yang berat itu. Kemudian Rasulullah mengeluarkan perintah agar ia tetap tinggal di Madinah. Walau merasa kecewa tapi Amr tahu itu untuk kebaikannya.
Tapi ketika masa perang uhud telah tiba, tekad Amr semakin tak terbendung. Udah kebelet banget pengen ngerasain syahid di medan perang seperti parasahabat lainnya. Dengan penuh keyakinan Amr menemui Nabi saw dan memohon kepadanya agar diizinkan terjun ke medan perang.
"Ya Rasulullah, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku pergi bertempur bersama Anda. Demi Allah, aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga!'' ungkap Amr. Rasul tak kuasa menahan tekad kuat Amr yang sangat ingin berjihad. Nabi saw pun akhirnya memberikan izin pada Amr untuk berperang. Betapa bahagianya Amr mendapat ijin dari Nabi. Dengan sigap, Amr segera mengambil persenjataan perangnya. Dengan hati yang diliputi oleh rasa puas dan gembira, ia berjalan berjingkat-jingkat sambil memohon kepada Allah: "Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku!"